Tinju merupakan salah satu cabang olahraga pencak silat yang di ikuti oleh dua orang peserta yang berat badannya tidak jauh berbeda satu sama lain. Dalam olahraga tinju terdapat rangkaian pertandingan dengan interval 1 x 3 menit yang disebut ronde. Dalam aturan tinju, baik di tingkat Olimpiade atau profesional, petinju harus mendaratkan pukulan pada lawan mereka untuk mencetak gol.

Sejarah Tinju Di Indonesia

Di Indonesia, tinju masuk dan dipopulerkan oleh Hindia Belanda atau KNIL (Koninklick Nederlands Inside Large). Kekalahan Belanda oleh Jepang membuat tinju kami seperti kehilangan tanduk. Didi Karta Sasmita, Panglima Polisi di Jakarta, akhirnya mendirikan PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat) dengan Frans Mendur sebagai ketuanya pada 28 April 1955.

Olimpiade

Menjelang Olimpiade Roma 1960, Indonesia ingin berpartisipasi. Ketentuan IOC (International Olympic Committee) mengharuskan ada organisasi tinju amatir independen di Indonesia. Maka pada tanggal 30 Oktober 1959 PERTINA (Persatuan Tinju Amatir Indonesia) didirikan. Tinju profesional dilarang bertanding di Indonesia karena politik Indonesia saat itu cenderung bergabung dengan blok sosialis.

Perkembangan Tinju Di Dunia

Menurut sejarah, tinju pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Romawi, Mesir dan Yunani. Saat itu para petinju bertarung tanpa menggunakan sarung tinju seperti saat ini. Mereka menggunakan sarung tangan yang terbuat dari besi, oleh karena itu pada saat itu banyak ditemukan petinju yang tewas di arena pertandingan karena tidak mampu menahan rasa sakit akibat pukulan sarung tangan besi tersebut.

Sejarah Dan Perkembangan Tinju Di Dunia Dan Indonesia

Kemudian, pada 10 Agustus 1973, aturan tentang tinju mulai direvisi dengan versi terbaru. Salah satu aturannya adalah menggunakan sarung tinju berbahan sponge daripada menggunakan sarung tangan besi. James Ping adalah juara tinju pertama yang menggunakan sarung tangan spons ini. Ia juga merupakan juara tinju legendaris dari Inggris.

Perkembangan Tinju Di Indonesia

Perkembangan tinju di tanah air dimulai pada era kolonial. Saat itu, polisi Indonesia berinisiatif mendirikan organisasi tinju. Kemudian, pada akhirnya, Didi Karta Sasmita, seorang Komandan Polisi di wilayah Jakarta, berhasil mendirikan serikat tinju dan gulat saat itu.