Petinju Terkuat Yang Dikalahkan – Nama Muhammad Ali tak asing bagi pencinta tinju dunia termasuk di Indonesia. Sosok almarhum Ali disebut dengan salah satu tokoh olahraga yang paling penting dan terkenal di abad ke-20. Di masa terkenalnya, Muhammad Ali sang petinju legendaris dunia yang berasal dari Amerika Serikat ini pernah bertanding ke Indonesia. Ali pernah berkunjung ke Indonesia pada 20 Oktober 1973.

Setibanya di Indonesia, Lalu dia meminta untuk mengelilingi kota Jakarta dengan menaiki bajai. Dalam foto yang tersebar, petinju dengan nama asli Cassius Clay tersebut terlihat dikerumuni banyak orang. Setelah mengelilingi kota Jakarta, Ia mengatakan jika Indonesia merupakan negara yang ramah. Hal ini dinilai karena masyarakat Indonesia selalu memberi senyum dan rendah hati ketika bertemu.

 

BACA JUGA : Penemu Bela Diri Silat

Kedatangannya di Indonesia tak ramai dari peran promotor Raden Sumantri yang akan menggelar pertandingan Ali melawan Rudi Lubbers, juara tinju kelas atas asal Belanda. Pertandingan yang satu ini adalah sebuah pertandingan resmi. Akan tetapi dalam pertandingan yang dilakukan di Istora Senayan, Jakarta ini tidak mengharapkan gelar apa pun. oleh karena itu, pertandingan antar petarung profesional tersebut tentu berhasil menarik perhatian masyarakat indonesia. Apatis publik tanah air tidaklah berkurang meski harga tiket yang cukup mahal yakni Rp1jt hingga Rp27 jt. Pada pertandingan tersebut, tiket sebanyak 35 ribu lembar laku habis terjual. Hal ini membuktikan bahwa daya tarik Ali sangat luar biasa pada hari itu. Ketika pertandingannya melawan Rudi Lubber,  sebenarnya kondisi Muhammad Ali tidak terlalu ideal atau fit. Hal ini dikarenakan dirinya hanya memiliki waktu persiapan 10 hari saja. Akibat dari keadaan itu, Ali sempat dibuat  menyerah ketika melawan Rudi Lubbers. Sehingga hasil dari pertandingan tersebut tidak sesuai dengan targetnya. Muhammad Ali pernah sesumbar bahwa dirinya akan menumbangkan sang lawan dalam waktu 5 ronde saja. Pada kenyataannya, dirinya harus bersusah payah mengalahkan Rudi sampai ronde ke 12.

Di sisi lain, Ali patut mengakui kekalahan dari Lubbers yang berhasil bertahan hingga ronde ke-12 meski berakhir dengan babak belur.

Hal itu seperti yang diungkapkan Joe Ryan dalam buku Heavyweight Boxing in the 1970’s: The Great Fighters and Rivalries.

“Ali harus mengakui bahwa Lubbers lebih unggul daripada yang dia kirakan. Begitu pula Rudi yang merasa sudah memberikan yang terbaik yang dia bisa, dan percaya bahwa Ali juga melakukan hal yang sama di pertandingan tersebut. Pertarungan dengan Ali memberikan Lubbers 15 menit ketenaran. Dia akhirnya kembali ke jalur kejuaraan Eropa,